Kamis, 19 April 2012
Rabu, 18 April 2012
Akibat Durhaka Kepada Orang Tua
Akibat Durhaka
kepada Orang Tua
Setiap manusia mendambakan
kebahagiaan dan kesuksesan, terhindar dari kesengsaraan dan kegagalan di dunia
dan akhirat. Di sinilah pentingnya kita mengenal secara baik akibat-akibat
durhaka kepada orang tua, selain mempersiapkan bekal dan perangkat yang
profesional untuk menggapai cita-cita.
Tidak jarang kita saksikan anak
yang durhaka pada orang tuanya, ia harus menghadapi kendala-kendala yang berat,
sulit meraih kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidupnya. Belum lagi ia harus dan
pasti menghadapi penderitaan yang berat saat sakratul maut, dan ini pernah
terjadi di zaman Rasulullah saw. Beliau sendiri tak sanggup membimbingnya untuk
mempertahankan keimanannya kecuali setelah ibunya memaafkan.
Tidak sedikit juga anak yang
durhaka, ia sangat sulit menemukan dan merasakan kebahagiaan dan kedamaian
dalam hidupnya sekalipun ia memiliki kemampuan profesional dan berkecukupan
dalam materi. Bahkan tidak jarang di antara mereka hampir-hampir putus asa
dalam hidupnya akibat kedurhakaannya terhadap kedua orang tuanya.
Fakta dan kenyataan yang kita
jumpai dalam kehidupan keseharian bahwa dalam kehidupan ini penuh dengan
energi, yang positif dan negatif, yang dapat menolong kita atau sebaliknya
menghantam kekuatan kita. Sehingga kita kehilangan kendali, gelap dan tak mampu
melihat rambu-rambu kebahagian dan kesuksesan yang sejati.
Kenyataan inilah yang
rambu-rambunya sering diungkapkan oleh Allah dan Rasul-Nya serta Ahlul baitnya
(sa). Kita mesti menyadari bahwa mata lahir kita, bahkan pikiran kita, punya
keterbatan untuk menyoroti rambu-rambu itu. Karena rambu-rambu itu jauh berada
di atas kemampuan sorot mata lahir dan analisa pikiran. Yang mengetahui semua
itu secara sempurna hanya Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang suci dari Ahlul
bait Nabi saw.
Tolok Ukur durhaka kepada orang tua
Allah swt berfirman: “Jika salah seorang di
antara mereka telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu
membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).
Salah seorang sahabat pernah
bertanya kepada Rasulullah saw: Apakah ukuran durhaka kepada kedua orang tua?
Rasulullah saw menjawab: “Ketika
mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak
memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana
hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 195)
Rasulullah saw pernah bersabda
kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih
kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Wasail 21: 389;
Al-Faqîh 4: 371)
Tingkatan Dosa durhaka pada orang
tua
Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang
paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua…”
(Al-Mustadrak 17: 416)
Rasulullah saw bersabda: “Ada
tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat:
durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.”
(Al-Mustadrak 12: 360)
Rasulullah saw bersabda: “…Di
atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka kepada orang tua.
Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada lagi
kedurhakaan yang lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)
Akibat-akibat durhaka kepada
orang tua
Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan
akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam
Barzakh, dan di akhirat. Akibat itu antara lain:
Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah
kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai
oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai
oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun
kebahagiaan, 2: 263).
Menghalangi doa dan Menggelapi
kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa
yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi
doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-Kafi
2: 447)
Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka
kepada kedua orang tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla
menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang durhaka sebagai orang yang
sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang
yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)
Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi
Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak
yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang
tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada
anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)
Ya Allah, jangan jadikan daku
orang yang menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-Mu karena kedurhakanku
pada mereka. Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku
sehingga Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku pada mereka.”
Duhai saudaraku, di sinilah letak
hubungan erat yang tak terpisahkan antara kita dan kedua orang tua kita. Betapa
pentingnya menanamkan pendidikan akhlak yang mulia pada anak-anak kita,
sehingga kita meninggalkan warisan yang paling berharga yaitu anak-anak yang
saleh, yang dapat mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian pada kita bukan hanya
di dunia tetapi juga di alam Barzakh dan akhirat.
Dikeluarkan dari keagungan Allah
swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah
mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah
keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua
orang tua.” (Al-Faqih 3: 565)
Amal kebajikannya tidak diterima
oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi
Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang
durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya
Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Shalatnya tidak diterima oleh
Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika
keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2:
349).
Tidak melihat Rasulullah saw pada
hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan
melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang
tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama¬ku lalu ia tidak
bershalawat kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Na’udzubillâh, semoga kita tidak
tergolong kepada mereka yang tidak diizinkan untuk berjumpa dengan Rasulullah
saw dan Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman bagi setiap
muslimin dan mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak berjumpa pula di
akhirat. Na’udzubillâh, semoga kita semua dijauhkan dari akibat ini.
Diancam dimasukkan ke dalam dua
pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang
membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu
neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 262).
Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu
berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium
dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka
kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang
berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)
Menderita saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang
tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi
saw. Berikut ini kisahnya:
Kisah nyata di zaman Nabi saw
Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi
seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca
kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada
seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul
maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya
Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda
murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara
dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena
ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw
membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat
Lâilâha illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang
kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang
laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor,
baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk
mengucapkan doa:
يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ، اِقْبَلْ
مِنِّى الْيَسِيْرَ وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ، اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Wahai
Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah
amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda kini dapat
mengucapkannya.
Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa
yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat
seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus
pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah
berpaling dariku.
Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang
pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu
lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi
orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan
cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
__________
1). Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr, doa
untuk memperoleh kemudahan saat sakaratul maut.
Wassalam
Label:Manhajul Ulum
MANHAJUL ULUM
Lokasi:Indonesia
Rajadesa, Indonesia
Label:Manhajul Ulum
MANHAJUL ULUM
Lokasi:Indonesia
Rajadesa, Indonesia
Beratnya Siksa Kubur
BERATNYA SIKSA
KUBUR
Al-Faqih
berkata bahwa Abu Ja’far meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa orang
mukmin itu apabila diletakkan di dalam kuburnya maka kuburnya itu dilapangkan
70 hasta, ditaburi harum-haruman dan ditutup dengan kain sutera. Apabila ia
hafal sebagian dari Al-Qur’an maka apa yang dihafalnya itu menerangi seluruh
kuburnya, dan apabila ia tidak hafal, maka ia dibuatkan cahaya seperti matahari
di dalam kuburnya. Ia bagaikan pengantin baru yang tidur dan tidak dibangunkan
kecualioleh isteri yang sangat dicintainya. Kemudian ia bangun dari tidurnya
seakan-akan ia belum puas dari tidurnya itu.
Sedangkan
orang kafir, maka kuburnya disempitkan atasnya sehingga tulang-tulangnya masuk
ke dalam perutnya lantas didatangi berbagai macam ular yang besar sebesar leher
unta, dimana ular-ular itu makan dagingnya sehingga tidak tersisa daging pada
tulangnya. Kemudian datang kepadanya malaikat yang tuli, bisu dan buta dengan
membawa cambuk-cambuk dari besi. Mereka memukulinya dengan cambuk-cambuk itu
tanpa mendengar jeritan dan melihatorang itu sehingga tidak akan timbul rasa
belas kasihan kepadanya. Disamping itu neraka selalu diperlihatkan kepadanya
baik diwaktu pagi maupun diwaktu sore.
Al-Faqih
memberikan nasehat, barangsiapa yang ingin selamat dari siksaan kubur, maka ia
harus senantiasa mengerjakan empat hal dan menjauhkan diri dari empat hal.
Empat hal yang harus selalu dikerjakan itu adalah: shalat, shadaqah membaca
Al-Qur’an dan banyak membaca tasbih (subhanallah – pen). Keempat hal ini akan
bisa menjadikan kubur itu terang dan lapang. Sedangkan empat hal yang harus
ditinggalkan adalah; dusta, khianat, adu domba dan hati-hati dalam masalah
kecing. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya) : “Bersihkanlah (besucilah)
sewaktu kencing, karena kebanyakan siksa kubur itu karena kencing”.
Sufyan
Ats-Tsauri berkata: “Barang siapa yang banyak mengingat kubur maka ia akan
mendapatkan kubur itu sebagai salah satu taman dari taman-taman sorga. Dan
barangsiapa yang lalai kepada kubur maka ia akan mendapatkan kubur itu sebagai
salah satu jurang dari jurang-jurang neraka”.
Sahabat Ali karromallahu wajhahu didalam
khutbahnya mengatakan: “Wahai hamba Allah ingatlah mati, ingatlah mati karena
kamu tidak bisa menghindar darinya. Bila kamu diam, maka ia akan datang
menghampirimu; dan bila kamu lari, ia akan mengejarmu. Ia terikat pada
ubun-ubunmu. Carilah keselamatan, carilah keselematan. Di belakangmu ada kubur
yang selalu mengejar kamu. Ingatlah bahwa kubur itu bisa merupakan salah satu
taman dari taman-taman sorga, dan bisa pula merupakan salah satu jurang dari
jurang-jurang neraka. Ingatlah bahwa sesungguhnya kubur itu setiap hari
berbicara tiga kali dengan perkataan; “aku adalah rumah gelap, aku adalah rumah
duka cita, dan aku adalah rumah ulat”. Ingatlah bahwa setelah itu ada suatu
hari yang lebih ngeri dimana pada hari itu anak muda langsung beruban, orang
tua pingsan, semua orang yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang
disusuinya, semua wanita yang hamil menggugurkan kandungannya, dan kamu lihat manusia
dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak, akan tetapi siksaan Allah
itu sangat keras. Ingatlah, bahwa setelah itu ada neraka yang panas sekali,
sangat curam, perhiasaannya besi, airnya nanah, di dalamnya tidak ada rahmat
Allah sama sekali”. (mendengar khutbah ini kaum muslimin menangis
tersedu-sedu). Lalu Sayyidina Ali k.w melanjutkan khutbahnya: “Tetapi disamping
itu ada sorga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi
orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menyelamatkan kita dari siksaan yang
pedih dan memasukkan kami dan kamu ke dalam sorga tempat kenikmatan”.
Rasulullah SAW
bersabda (yang artinya) :“Kubur itu adalah pos (tempat pemberhentian) pertama
dari pos-pos akhirat. Apabila seseorang selamat dari pos pertama itu maka pos
berikutnya lebih mudah daripadanya, dan apabila seseorang tidak selamat dari
pos pertama itu maka pos berikutnya lebih berat daripadanya”.
Diriwayatkan
dari Abdul Hamid bin Mahmud Al-Maghuli dimana ia berkata: “Sewaktu kami sedang
duduk bersama-sama dengan Ibnu Abbas ra, tiba-tiba datanglah sekelompok kaum
lalu berrkata: “Kamu berangkat dari rumah dengan maksud untuk menunaikan haji,
dan ada seorang teman kami yang ketika sampai di daerah Dzatus Shafah meninggal
dunia kemudian kami mengurusnya dan kami menggalikan kubur untuknya. Ketika
kami menggali kubur dan membuat liang lahat ternyata liang lahat itu penuh
dengan ular. Kemudian kami tinggalkan tempat itu, dan kami menggali lagi di
temapt lain. Di tempat yang lain itu pun sama saja, liang lahatnya penih dengan
ular. Kemudian kami tinggalkan tempat itu dan menggali lagi kubur untuk yang
ketiga kalinya, dan ternyata di tempat itupun liang lahatnya penuh dengan ular.
Kemudian kami tingalkan mayat itu dan kami datang kepadamu”. Ibnu Abbas ra
berkata: “Itu adalah amal perbuatan yang ia lakukan sendiri. Pergilah dan
kuburlah mayat itu di kubur yang mana saja. Demi Allah, seandainya kamu
menggali seluruh bumi niscaya kamu kamu akan selalu menjumpai ular di dalamnya.
Beritakanlah hal ini kepada kaumnya”. Abdul Hamid berkata: “Kemudian kami pergi
dan mengubur mayat itu pada salah satu diantara ketiga kuburnyang kami galiitu.
Ketika kami kembali (dari ibadah haji), kami mendatangi keluarganya dengan
membawa barang kepunyaannya dan kami bertanya kepada istrinya: “Apa yang biasa
dia lakukan waktu hidupnya ?”. Istrinya menjawab: “Ia dulu berjualan bahan
makanan yaitu gandum. Setiap hari ia mengambil sebagian dari gandum dagangan
itu untuk dimakan, kemudian sebanyak gandum yang dia ambil diganti dengan
tangkai gandum yang warnanya serupa lalu ditumbuk dan dicampur dengan nya”.
Amar bin
Dfinar berkata: “Ada seorang penduduk Madinah yang mempunyai saudari di ujung
kota. Pada saat saudarinya sakit dan ia datang menjenguk saudarinya itu.
Setelah sampai disana, saudarinya itu mati dan ia mengurusnya dan ikut
menguburnya. Sesudah selali penguburan, ia pulang ke rumahnya lalu teringat
bahwa kantong uangnya jatuh sewaktu mengubur saudarinya itu. Ia lalu minta
tolong seorang teman untuk menggali kubur dan ia pun menemukan kantong yang
jatuh itu. Ia berkata pada temannya: “Pergilah kamu, karena aku ingin melihat
apa yang sedang terjadi pada diri saudariku”. Kemudian ia mengangkat penutup
liang lahat dan tiba-tiba terlihat bahwa kubur itu menyalakan api. Ia lalu
meratakan kembalikubur itu dan cepat-cepat pulang menemui ibunya dan bertanya:
“Beritahukan kepadaku apa yang biasa dilakukakan oleh saudariku”. Ibunya
menjawab: “Kenapa kamu menanyakan tentang saudarimu, sedangkan dia sudah
meninggal dunia?”. Ia berkata lagi : “Tolong bu, beritahukan kepadaku”. :Ibunya
menjawab: “Saudarimu itu suka mengakhirkan shalat dan tidak mengerjakan shalat
dengan suci yang sempurna. Ia suka datang ke rumah-rumah tetangga dengan
menceritakan kepada mereka apa yang ia dengar daengan maksud mengadu domba”.
Itulah yang menyebabkan siksaan kubur.
Oleh karena itu, barang siapa yang ingin
selamat dari siksa kubur maka ia harus menjauhkan diri dari adu domba dan
perbuatan-perbuatan dosa lainnya agar bisa selamat dari siksaannya dan dapat
dengan mudah menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. (m. muslih
albaroni)
Selasa, 17 April 2012
مــعهد مــنهج العــــلوم السلفـــية الإسلامــــية
PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH
MANHAJUL ‘ULUM
PENERIMAAN SANTRI BARU
1432 – 1433 H
I.
VISI
Mencetak para generasi agama islam yang
berakhlaquh karimah dan bertafaqquh fiddin.
II.
MISI
al-quran dan hadits merupakan pegangan utama
bagi para santri. Maka daripada hal tersebut loyalitas dari norma-norma agama
senantiasa menjadi barometer bagi setiap santri dalam menginterfensi
perkembangan zaman yang kian melaju pesat. Walaupun demikian kami senantiasa
berusaha untuk mencetak para santri agar mempunyai intelektualitas yang tinggi
dengan semangat juang yang demokratif, dengan pengharapan mereka mempunyai
filterisasi dan sanggup menanggulangi berbagai permasalahan yang kian merebak
dikalangan kaula muda sekalipun hal tersebut berupa budaya asing yang menjadi
qiblat kebanyakan para generasi muda.
III.
FASILITAS
1.
Asrama
putra & putri
2.
Tempat
belajar
3.
Mesjid
4.
MCK
5.
Aula
6.
Sarana
olah raga
7.
Kesenian
islami Hadlroh & Qosidah
IV.
METODE PENGAJARAN
Di Pondok Pesantren Salafiyyah Manhajul ‘Ulum
sistematis KBM (kegiatan belajar mengajar) lebih mengutamakan komunikasi dan
interaksi dari pelajar dan pengajar untuk mencapai speed of thinking &
smart thinking. Disamping pengetahuan agama secara khusus santri juga diarahkan
untuk mempelajari pengetahuan umum.
V.
KURIKULUM
Adapun kurikulumnya terbagi ke dalam 4
(empat) tingkatan yang disesuaikan dengan bakat dan karakteristik santri,
antara lain :
1.
Tingkat
I’dady (persiapan)
2.
Tingkat
Ibtidaiy (pemula)
3.
Tingkat
Tsanawiy (pertengahan)
4.
Tingkat
‘Aliy (pemantapan)
5.
Tingkat
Akhir
VI.
KEGIATAN EXTRA
1.
Retorika
Da’wah Islamiyyah
2.
Seni
baca Al-Qur’an
3.
Kalighrafi
4.
Debaan
5.
Riyadloh
VII.
PRESTASI
Berbagai macam kejuaraan (musabaqoh) baik di
bidang membaca dan memahami kitab kuning, seni baca al-qur’an,pidato dsb. mulai
dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat nasional pernah diikuti oleh para
santri Pondok Pesantren Salafiyyah Manhajul ‘ulum dan Alhamdulillah mendapatkan
prestasi yang baik.
VIII.
PENDAFTARAN
-
Uang
Miftah Rp. 75.000,00
-
Uang
Syahriyyah (Bulanan) Rp. 10.000,00
-
Infaq
Pembangunan pesantren (tidak ditentukan)
IX.
JADUAL PELAJARAN
1.
Ba’da
shubuh – 08.00 WIB kecuali anak sekolah sampai dengan jam 06.00 WIB
2.
Dluha
pkl. 09.00-10.00 WIB
3.
Dzuhur
pkl. 13.00 – 15.00 WIB
4.
Ashar
pkl. 16.00 – 17.00 WIB
5.
Magrib
– 20.00 WIB
6.
‘Isya
pkl. 21.00 – 22.00 WIB (kecuali anak sekolah )
X.
LOKASI
Lokasi Pondok Pesantren
Salafiyyah MANHAJUL ‘ULUM berada di pusat kota Rajadesa, dengan letak geografis
yang sangat strategis merupakan salah satu faktor yang menunjang dalam wawasan
intelektualitas santri. Dengan rincian lokasi :
-
+ 300m terminal mobil Rajadesa
-
+ 300m mesjid agung Rajadesa
-
+ 250m pasar Rajadesa
-
+ 250m MTsN Rajadesa
-
+ 300m MA Ibadul Ghofur
-
+ 400m SMKN 1 Rajadesa
-
+ 500m SMPN Rajadesa
-
+ 200m MIN Rajadesa
Langganan:
Postingan (Atom)